REDUPLIKASI
DALAM BAHASA INDONESIA
A.
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Masalah
Berdasarkan bentuknya kata dapat
dibedakan menjadi dua jenis yaitu kata dasar dan kata turunan. Kata dasar
adalah kata yang menjadi dasar bagi bentukan kata yang lebih kompleks. Sebagai
contoh kata duduk dapat dipakai sebagai dasar untuk membentuk kata menduduki
dan mendudukan. Begitu pula kata temu dapat dipakai sebagai dasar
untuk kata bertemu, menemui, menemukan dan sebagainya.
Pada umumnya kata dasar berupa bentuk bebas, tanpa mengalami proses morfologis
apa pun sudah mempunyai waktu mandiri dan mempunyai makna fratikal dalam
kalimat, seperti kata duduk. Namun ketika itu lebih lazim disebut
sebagai kata dasar bebas. Kata turunan pada dasarnya merupakan kata yang
dibentuk melalui proses transposisi, pengimbuhan (afiksasi) pengulangan
(reduplikasi) atau pemajemukan (komposisi).
2.
Permasalahan
Permasalahan yang akan di bahas dalam
makalah ini adalah sebagai berikut :
a.
Bagaimanakah
ciri bentuk kata ulang dalam bahasa Indonesia ?
b.
Bagaimanakah
ciri makna kata ulang dalam bahasa Indonesia ?
c.
Bagaimanakah
proses morfologis kata ulang berafiks dalam bahasa Indonesia ?
3.
Landasan Teori
Bentuk kata ulang (reduplikasi) ada
tiga yaitu reduplikasi fonologis, morfemis, dan reduplikasi sintaksis. Ia juga
mengemukakan ada tiga macam reduplikasi yang lain diantaranya dwipurwa,
dwilingga, dan dwilingga salin swara, dwiwasana, dan trilingga (Kridalaksana,
2007).
Sementara Abdul Chaer (2007),
menyatakan bahwa proses reduplikasi dapat bersifat paradigmatis (infleksional) dan dapat pula yang
bersifat derivasional. Di samping
itu, ia mengembangkan banyak catatan mengenai reduplikasi dalam bahasa
Indonesia.
Menurut Verhaar (2006), reduplikasi
adalah proses morfemis yang mengulangi bentuk dasar atau sebagai dari bentuk dasar
tersebut (biasa disebut reduplikasi penuh dan reduplikasi persial).
Ada enam pembagian bentuk reduplikasi
Tata bahasamenurut baku bahasa Indonesia. Sedangkan Depdiknas pada buku
“Morfologi bahasa Indonesia” yang menghimpun sebagian besar pandangan pada
pakar bahasa Indonesia (linguistik) tentang kata ulang : bentuk, ciri, proses
morfologis, kata ulang berafiks, dan ciri makna. Penulis berpedoman pada
pandangan ini karena relatif komprehensif dan mudah dirujuk sebagai bahan
analisis.
B.
PEMBAHASAN
1.
Ciri bentuk
kata ulang dalam bahasa Indonesia
1.1.
Jenis-jenis Reduplikasi
Bentuk reduplikasi menurut Harimurti
Kridalaksana (2007) digolongkan menjadi tiga, yaitu :
1) Reduplikasi
Fonologis
Dalam reduplikasi fonologis tidak
terjadi perubahan makna, karena hanya
bersifat fonologis, artinya tidak ada pengulangan leksem. Misal :
a.
Anak itu
memiliki pipi yang bagus.
b.
Walaupun
terlihat kecil, tapi dada-nya
bidang.
c.
Siswa kelas IX
B SMP 3 Malangbong meraih juara satu lomba renang gaya dada se-Kota
Tasikmalaya.
d. Sejak kecil
anak pertama Bapak Samsul Hadi suka makan onde-onde.
e.
Merokok dapat
merusak fungsi paru-paru kita.
f.
Setiap hari
Minggu pagi di alun-alun Kota Bandung selalu penuh dengan kegiatan olah
raga.
Bentuk reduplikasi fonologis pada
kalimat-kalimat teersebut adalah pipi, kuku, dada, onde-onde, paru-paru, dan
alun-alun, karena bentuk-bentuk tersebut bukan asal dari leksem pi, ku, da,
onde, paru, dan alun. Dengan kata lain, tidak ada leksem pi, ku, da, onde,
paru, dan alun dalam bahasa Indonesia.
2) Reduplikasi
morfemis
Kridalaksana (2007) menyatakan bahwa
dalam reduplikasi morfemis terjadi perubahan makna gramatika atas leksem yang
diulang, sehingga terjadilah satuan yang berstatus kata. Dengan demikian, ada
reduplikasi pembentuk verba, ajektiva, nomina, pronomina, adverbia,
interogativa, dan numeralia. Misal :
a.
Mahasiswa baru
sudah mulai beres-beres semua barang yang akan dibawa ke kampus.
(Reduplikasi pembentuk verba)
b.
Kelima anak
perempuan Pak Ahmadi cantik-cantik dan sehat-sehat selalu.
(Reduplikasi pembentuk ajektiva).
c.
Akibat angin
beliung yang melanda Kota Bandung, pohon-pohon di sepanjang Jalan
Cendrawasih tumbang memenuhi jalan. (Reduplikasi pembentuk nomina).
d. Sebagai anak
kos, kami-kami ini suka makan di warung kaki lima di Jalan Gejayan
Mrican. (Reduplikasi pembentuk pronomina).
e.
Pagi-pagi anak ketiga saya sudah minta sarapan bubur
ayam.(Reduplikasi pembentuk adverbia)
f.
Apa-apaan mengundang kami ke tempat seperti ini ?. (Reduplikasi
pembentuk interogativa).
g.
Beratus-ratus calon penumpang sedang berdesak-desakan di loket Stasiun
Kutoarjo. (Reduplikasi pembentuk numeralia).
3) Reduplikasi
sintaktis
Reduplikasi sintaksis adalah proses
yang terjadi atas leksem yang menghasilkan satuan yang berstatus klausa, jadi
berada di luar cakupan morfologis. (Kridalaksana, 2007). Misal :
a.
Panas-panas, diminumnya juga teh yang baru saja dibuat oleh ibunya.
b.
Jauh-jauh, didatangi juga rumah sahabat yang baru terkena banjir
beberapa waktu lalu.
c.
Asam-asam, dimakannya juga mangga muda yang baru jatuh dari
pohonnya.
Selain itu, berdasarkan gejalanya
reduplikasi dapat digolongkan menjadi
lima jenis , yaitu :
1.
Dwipurwa
Dwipurwa adalah pengulangan suku
pertama pada leksem dengan pelemahan vokal. Misal :
a.
Sunardi salah
seorang tetangga depan rumahku yang suka musik dangdut.
b.
Ia seorang lelaki
yang selalu berpenampilan seperti perempuan.
c.
Para tetamu
berdatangan pada acara syukuran pernikahan Andi waktu itu.
d. Sudah
seharusnya sesama manusia saling menghormati dan menghargai.
2.
Dwilingga
Dwilingga adalah pengulangan leksem
secara utuh. Misal :
a.
Rumah-rumah di sepanjang jalan itu terlihat bersih dan rapi
b.
Kami sekeluarga
makan-makan di restoran Parang Tritis.
c.
Dia selalu datang pagi-pagi.
d. Buku-buku ini adalah
literatur kami dalam menyelesaikan makalah akhir.
3.
Dwilingga salin
swara
Dwilingga salin swara adalah pengulangan
leksem dengan variasi fonem. Misal :
a.
Dia mondar-mandir saja dari tadi seperti
orang bingung.
b.
Kami berlari pontang-panting
karena dikejar anjing galak.
c.
Setiap minggu
saya bolak-balik Garut-Yogyakarta karena sedang kuliah sertifikasi.
d. Coret-coret di dinding
tembok pada tempat umum menurut para ahli adalah tindakan orang yang sakit
jiwa.
4.
Dwiwasana
Dwiwasana adalah pengulangan bagian
belakang dari leksem. Contoh :
a.
Hadirin yang
berbahagia, pertama-tama marilah kita panjatkan..............
b.
Dengan perlahan-lahan
dia membuka pintu agar tidak terdengar oleh orang tuanya .
c.
Sekali-kali terlihat dia menyeka peluh di wajahnya.
d. Kami bersama-sama
mengerjakan tugas Reduplikasi di rumah Jojon.
5.
Trilingga
Trilingga merupakan pengulangan onomatope tiga kali dengan variasi
fonem. Misal :
a.
Kami selalu
berusaha cas-cis-cus dalam bahasa Inggris ketika sedang kursus bahasa.
b.
Hati Niyala
mendadak dag-dig-dug ketika Faik menyatakan akan menikahinya.
c.
Bunyi ngak-ngek-ngok
yang terdengar ternyata berasal dari adaptor komputer yang ada di kamar
belakang.
d. Dar-der-dor
suara senapan terdengar di lapangan latihan menembak.
(Kridalaksana, 2007)
2. Ciri
bentuk kata ulang dalam bahasa Indonesia
(1)
Berupa morfem
dasar, Contoh :
a.
Meja-meja yang ada di
kelas sudah tertata rapi. (meja-meja
terbentuk dari morfem meja).
b.
Saya suka
belajar bahasa Indonesia bersama anak-anak.
(anak-anak berasal dari morfem anak).
(2)
Berupa
kata berimbuhan, Contoh :
a.
Proyek yang
sedang dilaksanakan tidak perlu perbaikan-perbaikan yang mendasar. (perbaikan-perbaikan berasal dari kata perbaikan).
b.
Sudah tidak ada
lagi pembangunan-pembangunan di daerah Timor Timur setelah lepas dari
Negara Kesatuan republik Indonesia. (pembangunan-pembangunan
berasal dari kata pembangunan).
(3)
Berupa gabungan
kata, Contoh :
a.
Di hari libur
kemarin surat kabar-surat kabar menyuguhkan laporan tentang minat
masyarakat terhadap film Ayat-ayat Cinta. (surat
kabar-surat kabar dapat juga ditulis surat-surat
kabar berasal dari kata gabung surat
dan kabar).
b.
Tanda tangan-tanda tangan yang dibubuhkan pada kain berukuran
besar itu menjadi saksi protes kaum buruh pada pemerintah.(tanda tangan-tanda tangan berasal dari kata gabung tanda dan tangan).
(4)
Berupa
reduplikasi yang disertai afiks, Contoh :
a.
Pencuri kabel
listrik tertangkap petugas, dan terbukti mengumpulkan bermeter-meter kabel
milik PLN.
b.
Nelayan di Kota
Probolinggo berhasil menangkap berton-ton ikan yang akan dikirimkan ke
Surabaya.
(5)
Reduplikasi
bersifat paradigmatis dan derivasional
Paradigmatis artinya memberi makna jamak atau
kevariasian. Contoh :
a.
Saya sudah
mengenal mereka-mereka yang memiliki komitmen di sekolah ini.
b.
Kita-kita harus mampu bekerja sama dalam mewujudkan lingkungan
yang bersih dan sehat.
2.
Ciri makna kata ulang dalam bahasa Indonesia
Perulangan suatu kata, baik kata dasar
maupun gabungan kata akan menghasilkan makna atau arti tertentu. (Gorys Keraf,
1980: 120). Makna-makna tersebut adalah
sebagai berikut.
2.1
Bermakna banyak tak tentu
a.
Kuda-kuda yang berada di lautan rumput itu dikejar-kejar oleh singa-singa
yang siap menerkamnya.
b.
Guru menegur
siswanya yang baru saja membuat buku-buku di perpustakaan berserakan.
2.2
Bermakna bermacam-macam
a.
Di hutan Madiun masih terdapat pohon-pohonan
yang masih belum diketahui namanya. (pohon-pohonan bermakna bermacam-macam
pohon).
b.
Tidaklah sulit
menemukan buah-buahan di kota yang jauh dari kebun buah. (buah-buahan
bermakna bermacam-macam buah).
2.3
Bermakna menyerupai atau tiruan dari sesuatu
a.
Anak
kesayangannya dibelikan ayah anak-anakan yang cantik. (anak-anakan
bermakna menyerupai anak).
b.
Langit-langit rumah ini sudah dibersihkan pada hari Minggu yang lalu.
(langit-langit bermakna menyerupai langit).
2.4
Bermakna agak, melemahkan arti
a.
Setelah dua
tahun di Amerikan, Juhariyah bertingkah kebarat-baratan.
(kebaratan-baratan agak seperti orang barat).
b.
Janganlah kekanak-kanakan
ketika berada di tengah-tengah temanmu di SMA! (kekanak-kanakan bermakna agak
seperti anak).
2.5 Menyatakan intensitas, mengenai kualitas,
kuantitas, maupun frekuensi
a.
Belajarlah segiat-giatnya
selagi masih ada waktu untuk menghadapi Ujian Nasional! (intensitas
kualitatif).
b.
Kuda-kuda sudah disiapkan untuk mengikuti pacuan kuda di lapangan
Brawijaya Kediri. (intensitas kuantitatif).
c.
Ia menggeleng-gelengkan
kepalanya saat ditanya oleh asesor sertifikasi guru. (intensitas frekuensi).
2.6
Bermakna saling, pekerjaan yang berbalasan
a.
Begitu terjadi
pertemuan, keduanya bersalam-salaman melepas kerinduan. (saling bersalaman).
b.
Di kampung ini
arganya sudah tolong-menolong dalam hal kebaikan. (saling menolong).
2.7
Bermakna kolektif
a.
Masuklah ke
ruang ujian lima-lima saja! (lima demi lima)
b.
Berikan kue ini
kepada temanmu tiga-tiga. (kolektif berjumlah tiga)
3.
Proses
Morfologis kata ulang berafiks
Urutan proses reduplikasi tidak selalu
sederhana, kecuali dalam hal dwilingga yang tidak begitu ruwet, karena hanya
mengulang morfem dasar saja. Pada bentuk ulang yang lain, proses reduplikasi
atau proses pengulangannya tidak selalu terjadi pertama kali, tetapi banyak
kemungkinan bahwa terjadi afiksasi terlebih dahulu, baru kemudian terjadi
pengulangan.
Di bawah ini contoh-contoh urutan
proses terjadinya reduplikasi (urutan proses diterangkan dengan angka Arab) :
rumah-rumah :
1. reduplikasi :
rumah-rumah
berjalan-jalan : 1. prefiksasi : berjalan
2. reduplikasi
(dwiwasana) : berjalan-jalan
berbatu-batu : 1. prefiksasi :
berbatu
2. reduplikasi
(dwiwasana) : berbatu-batu
sekali-kali :
1. prefiksasi :
sekali
2. reduplikasi
(dwiwasana) : sekali-kali
pencuri-pencuri
: 1. prefiksasi :
berjalan
2. reduplikasi : pencurian-pencurian
aturan-aturan
: 1. sufiksasi :
aturan
2. reduplikasi : aturan-aturan
telapak-telapak
: 1. infiksasi :
telapak
2. reduplikasi : telapak-telapak
pencurian-pencurian
: 1. konfiksasi :
pencurian
2. reduplikasi : pencurian-prncurian
secepat-cepatnya
: 1. reduplikasasi :
cepat-cepat
2. konfiksasi : secepat-cepatnya
membagi-bagikan
: 1. prefiksasi :
membagi
2. reduplikasi : membagi-bagi
3. sufiksasi :
membagi-bagikan
tumbuh-tumbuhan
: 1. sufiksasi + an :
tumbuhan
2. reduplikasi
regresif :
tumbuh-tumbuhan
anak-anakan
: 1. sufiksasi + an :
anak
2. reduplikasi
regresif :
anak-anakan
berpura-pura
: 1. reduplikasasi :
pura-pura
2. prefiksasi : berpura-pura
gunung-gemunung
: 1. reduplikasasi :
gunung-gunung
2. infiksasi :
gunung-gemunung
tali-temali
: 1. reduplikasasi :
tali-tali
2. infiksasi :
tali-temali
keragu-raguan
: 1. reduplikasasi :
ragu-ragu
2. konfiksasi : keragu-raguan
parpol-parpol
: 1. pemendekan :
parpol
2. reduplikasi : parpol-parpol
mata air-amat air
: 1. komposisi :
mata air
2. reduplikasasi : mata air-mata air
memindah-mindahkan : 1. afiksasi : memindahkan
2. rediplikasi : memindah-mindahkan
(pindah > pindahkan > memindahkan > memindah mindahkan)
Pada contoh diatas, sebagian besar
proses reduplikasi yang terjadi berlangsung ke arah sebelah kanan, atau sesuai
dengan arus ujaran, sehingga disebut reduplikasi progresif. Sebagaimana dalam tumbuh-tumbuhan dan anak-anakan di atas, dalam contoh berikut, prosesnya berlawanan.
tembak-menembak
: 1. prefiksasi :
menembak
2. reduplikasi regresif : tembak-menembak
pukul-memukul
: 1. prefiksasi
2. reduplikasi regresif : pukul-memukul
DESKRIPSI KATA
ULANG DARI NOVEL
Judul : Pudarnya Pesona
Cleopatra
Pengarang : Habiburrahman El Shirazy
Penerbit : Republika
Tahun : 2008
Cetakan ke :
tujuh belas
Jumlah halaman :
111
1. Teks
ke-1 ( Halaman 3 paragraf ke-1)
“ .................. Kecemasan-kecemasan
yang datang begitu saja dan aku tidak tahu
alasannya...........................”
Pembahasan :
Ciri bentuk reduplikasi kecemasan-kecemasan adalah sebagai reduplikasi morfemis dan
reduplikasi pembentuk ajektifa.
Berdasarkan gejalanya termasuk reduplikasi Dwi Lingga/
Pengulangan secara utuh
Ciri makna adalah reduplikasi menyatakan intensitas
mengenai kuantitas, kualitas maupun frekuensi.
2. Teks
ke-2 ( Halaman 12 paragraf ke-6)
“ .................. “Maukah kau berkenalan dengannya?”
Kata Cleopatra yang membuat hatiku berbunga-bunga.
...........................”
Pembahasan :
Ciri bentuk reduplikasi berbunga-bunga adalah sebagai reduplikasi morfemis dan reduplikasi
pembentuk verba.
Berdasarkan gejalanya termasuk reduplikasi Dwi Wasana
Ciri makna adalah reduplikasi menyatakan intensitas
kualitas
3. Teks ke-3
( Halaman 16 paragraf ke-1)
“ .................. Rasa tidak suka itu semakin menjadi-jadi. ...........................”
Pembahasan :
Ciri bentuk reduplikasi menjadi-jadi adalah sebagai reduplikasi morfemis dan reduplikasi
pembentuk nomina.
Berdasarkan gejalanya termasuk reduplikasi reduplikasi
Dwi Wasana
Ciri makna adalah reduplikasi bermakna semakin
4. Teks
ke-4 ( Halaman 16 paragraf ke-1)
“ .................. Aku merasa lebih nyaman tidur
bersama buku-buku di ruang
komputerku................”
Pembahasan :
Ciri bentuk reduplikasi buku-buku adalah sebagai reduplikasi morfemis dan reduplikasi
pembentuk nomina.
Berdasarkan gejalanya termasuk reduplikasi Dwi Lingga/
Pengulangan secara utuh
Ciri makna adalah reduplikasi bermakna banyak tak tentu
5. Teks
ke-5 ( Halaman 17 paragraf ke-1)
“ ........................................ Seenak-enaknya durian kalau ada orang
tidak suka ya tetap tidak suka .....................................”
Pembahasan :
Ciri bentuk reduplikasi seenak-enaknya adalah sebagai reduplikasi morfemis dan reduplikasi
pembentuk ajektifa.
Berdasarkan gejalanya termasuk reduplikasi konfiks
Ciri makna adalah reduplikasi bermakna banyak tak tentu
6. Teks
ke-6 ( Halaman 37 paragraf ke-2)
“ .................. Yasmin dan keluarganya mati-matian tidak memperbolehkan. ...........................”
Pembahasan :
Ciri bentuk reduplikasi mati-matian adalah sebagai reduplikasi morfemis dan reduplikasi
pembentuk verba.
Berdasarkan gejalanya termasuk reduplikasi sufiksasi
Ciri makna adalah reduplikasi bermakna sungguh-sungguh
(intensif’)
7. Teks
ke-7 ( Halaman 44 paragraf ke-8)
“ ..................Rinduku padanya menggelegak-gelegak...........................”
Pembahasan :
Ciri bentuk reduplikasi menggelegak-gelegak adalah sebagai reduplikasi morfemis dan
reduplikasi pembentuk verba.
Berdasarkan prosesnya adalah infiksasi gelegak, konfiksasi menggelegak dan redulikasi menggelegak-gelegak
Ciri makna adalah reduplikasi bermakna banyak tak tentu
C.
KESIMPULAN
1.
Berdasarkan
bentuknya kata dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu kata dasar dan kata
turunan.
2.
Kata dasar
ialah kata yang menjadi dasar bagi bentukan kata yang lebih kompleks. Kata
turunan merupakan kata yang dibentuk melalui transposisi, pengimbuhan
(afiksasi) pengulangan (reduplikasi) atau pemajemukan (komposisi).
3.
Reduplikasi
merupakan suatu pengulangan kata dasar, baik keseluruhan maupun sebagian, beik
berkombinasi dengan afiks, maupun tidak baik dengan perubahan maupun tidak.
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan, dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Edisi ketiga,
Jakarta : Balai Pustaka.
Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum.
Jakarta: Rineka Cipta.
Depdiknas. 2003. Morfologi
Bahasa Indonesia. Jakarta : Direktorat PLP.
Keraf, Gorys.1980. Tata Bahasa Indonesia untuk
Sekolah Lanjutan Atas.
Ende-Flores: Penerbit Nusa Indah.
Kridalaksana, Harimurti. 2007. Pembentukan Kata
dalam Bahasa Indonesia. Jakarta:
PT.Gramedia Pustaka Utama.
Verhaar. 2006. Asas-asas
Linguistik Umum. Yogyakarta : Universitas Gajah Mada Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar